Hujan dan Air Mata
Sekali lagi aku menatap langit dengan rintik hujan membasahi wajahku. Sekali lagi, aku terlihat menyedihkan dengan beratap awan abu-abu. Dan sekali lagi rasanya bumi dan langitnya tidak berpihak padaku. Oh, atau ini salahku? Sejak awal dia bukan siapa-siapa untukku. Aku hanya, hanya orang yang terlalu berharap, terlalu percaya diri. Air mataku mulai luruh. Aku sudah sekuat tenaga untuk membendungnya. Maaf hujan, aku tidak bermaksud untuk bersedih saat ini. Tapi aku ingin mengeluarkan semua perasaan kesumat ini. Tak peduli seberapa basah pakaianku saat ini. Bahkan dia yang tidak peduli bagaimana keadaanku kali ini. Aku benci sekali diriku. Benci sekali. Aku menghela napas berat. Titik air yang terjun terasa semakin kencang. Seperti busur panah yang menghantam punggungku. Ah, aku mengingkari janjiku sendiri. Seharusnya aku tidak perlu menangis untuk laki-laki sepertinya. Bodoh. "Haha," kasihan. Aku kasihan dengan diriku. Oh, air mataku yang berharga. Kalian tidak perlu perg...