Menunggu
Bodohnya aku. Aku selalu menunggu. Menunggu kepastian yang tak pasti. Seperti sekarang ini. Ah, masa bodoh! Aku pulang saja, kalau si kumal yang tidak pernah mengganti jaketnya itu akan menangis memohon untukku aku juga tidak peduli. Apa-apaan? Dia yang membuat janji tapi malah datang terlambat. Ah, dipikir-pikir aku orang yang membosankan juga. Apa pula yang kulakukan disini. Aku jadi lupa. Baru saja aku menurunkan standar sepedaku, tiba-tiba dia datang dengan sepeda merahnya yang senada dengan jaketnya. Hah! Dasar sialan. "Ah.. kau sudah lama menunggu, Anne?" Dia berkata lirih dan menatapku takut-takut. "Menurutmu?" Aku menjawab dengan menatapnya malas. Sudah lewat 3 jam dari perjanjian seharusnya. Sebaiknya dia menyesal. "Maaf.. aku janji tidak akan mengulangi ini lagi." "Yah, apa boleh buat. Matahari bahkan sudah bosan denganmu dan beranjak pulang. Kita berkeliling 5 putaran saja." Aku menaiki sepedaku...