VEIN [01-nrv]
“Astaga, Heinry! Jangan berlari!” Dengan tertatih dan menjinjing gaunnya. Berlari di padang rumput yang penuh dengan bunga dandelion. Langit biru cerah terpampang jelas di atas sana. Awan tipis yang tertiup angin sepoi-sepoi mulai bergerak malas dari tempatnya. “Ahahaha, Nona! tangkap aku kalau bisa!” Sambil tertawa dia tetap berlari. Avery kesusahan untuk menangkapnya. Tak lama kemudian ia terjerembab ke rumput yang masih ditempeli embun pagi. Membuat wajahnya lembab karenanya. Heinry menyadarinya dan membantunya berdiri. “Maafkan aku Nona, ayo kembali dan minum teh.” Heinry tersenyum. “Dasar merepotkan, bajuku kotor tau. Kalau bukan disuruh oleh Ibu aku tidak mau mengejarmu. Lagipula untuk apa.” Tukas Avery kesal sembari menepuk-nepuk rok indahnya. “Sekali lagi saya minta maaf. Lagipula kau hanya seorang earl kecil. Mengomel saja sesukamu.” Viscount kecil ini jahil sekali. “Diam kau viscount sinting, sadarilah tempatmu sekarang,” ujar Avery dengan menatap...