Mungkin
Pukul setengah dua belas malam. Malam yang ramai di bioskop karena pintu teater 4 baru saja dibuka. Mereka telah berbondong-bondong untuk menonton film horror terbaru yang digarap oleh sutradara senior. Karya-karyanya benar-benar mencengangkan. Menakjubkan, juga memiliki arti-arti terselubung di setiap adegannya. Selain itu dia juga tidak memasukkan banyak jumpscare atau scene yang membuat orang terlonjak kaget karenanya. Dia membuat kesan film tersebut mencekam hebat. Yang membuat penonton seakan-akan dapat memasuki film itu dan merasakan sensasi menegangkan tersebut.
Mungkin itulah alasan kenapa banyak orang yang menyukai genre horror/thriller. Seperti dua orang ini, yang sedang berjalan keluar dari bangunan bioskop yang bersiap untuk tutup. Mereka bergandengan tangan, mungkin karena sudah malam. Jadi kekasihnya ingin membuat wanitanya merasa aman. Pria yang bersurai pirang yang panjangnya sampai menyentuh tengkuknya itu tersenyum. Mungkin dia senang dengan dirinya dan kasihnya yang menghabiskan waktu bersama. Netra biru gelap miliknya menatapnya lamat-lamat.
Hingga akhirnya mereka sampai di mobil miliknya. Menaruh sisa belanjaan yang mereka bawa di bagasi mobil. Keduanya kerap bersenda gurau. Agar mengurangi ketegangan setelah menonton film mungkin?
“Kau menyukai filmnya?” Wanita yang berambut gelap itu bertanya pada kekasihnya.
“Iya, plot-nya bagus. Aku bahkan tidak sempat menebaknya.”
Wanita itu tertawa kecil setelah mendengar jawaban darinya. “Tapi apa masuk akal, bagaimana caranya kau jatuh cinta dengan iblis?”
“Banyak orang gila diluar sana, atau mungkin memang iblis lah yang bermain sandiwara dengan baik.” Pria itu belum mengemudikan mobilnya. Dia masih menyesap soda yang dibelinya tadi. Bercakap-cakap dengan wanitanya adalah momen terbaik untuknya. Dia menikmati setiap menit, bahkan detiknya.
“Lalu, bagaimana dengan pernikahan kita?” Pria itu menanyakan pertanyaan ini dengan hati-hati. “Kau sudah memikirkannya, Eloise?”
Wajah wanita itu berubah menjadi muram. “Apa yang membuatmu resah, sayang?” Kekasihnya mencoba menenangkannya dengan mengelus punggung tangannya.
“Aku akan memberimu apa saja… sungguh.”
“Apa kau akan memberikan hatimu padaku, seluruhnya, Michael?” Tanya wanita itu.
“Sayang, aku juga rela kalau kau memiliki jantungku.” Michael tersenyum manis. Bahkan air soda tadi kalah manis dengannya. “Setelah kita menikah maka nama kita akan ada dalam buku suci di langit. Aku akan menjadi milikmu, seutuhnya.” Pria itu berujar sembari mengecup punggung tangan Elouise.
Mereka saling bertatapan. Manik coklat kemerahan milik wanitanya berpendar jelas dibawah sorot bulan yang menembus jendela mobil. Dia meraba dada Michael dan merasakan kehangatan disana. Degup jantungnya terasa jelas. Dan rasanya itu berdetak semakin cepat. Elouise segera menyadari bahwa wajah Michael sudah memerah hebat. Michael mengecup pipi kekasihnya itu perlahan. “Aku mencintaimu, Elouise…”
Elouise membalas kecupannya dengan memberinya ciuman singkat di bibirnya. Namun tangan Elouise terasa semakin panas, dan semakin lama dia seperti menggaruk dengan keras dada milik Michael. Lalu tangan kanannya akhirnya menembusnya. Mengambil paksa jantung milik kekasihnya. “Oh… Michael, aku juga mencintaimu.”
Di tangannya terdapat jantung kekasihnya yang masih berdetak lemah. Dia mengusap wajah Michael yang sudah lemas itu. Kini tidak ada lagi warna merah yang tersisa di pipinya. Tergantikan dengan betapa pucatnya dia sekarang. Elouise terkekeh dan mencium Michael untuk terakhir kalinya. “Terimakasih sudah membuka dirimu dan memberikan ‘hatimu’ seutuhnya kepadaku, Michael…”
Rupanya dialah iblis itu. Kini rambutnya yang digerai panjang rasanya berubah menjadi semakin gelap. Bahkan lebih gelap dari hatinya sendiri. Elouise, nama yang cantik. Secantik bunga mawar. Yang kalau tak hati-hati saat disentuh dapat melukai tanganmu. Michael yang malang... jadi ternyata orang gila itu kau, ya?
-imperia
Komentar
Posting Komentar