Lopika
"Ini serius?” gadis yang memberiku sepucuk surat, sepotong kue, dan secangkir kopi yang familiar bagiku itu mengangguk mantap. Sudah ketiga kalinya aku bertanya dan jawabannya selalu iya. *** Bukan pertama kalinya harum manis dari beragam kue yang berjejer di dalam oven menyeruak masuk ke dalam hidungku. Penerangan dengan lampu nuansa jingga lembut membuat waktu berjalan lambat. Di luar hujan cukup deras. Sore itu awan jadi menutupi jejak pergi matahari. Aku ambil tempat duduk dekat jendela yang kalau dipegang dingin rasanya. Melihat sekeliling, aku suka pilihan furniturnya. Kebanyakan kayu. Tapi minimalis, bukan dengan ukiran fantastis khas seperti yang banyak diproduksi di kota dekat Kota Semarang dengan inisial J. Aku pesan kopi. Butterscotch. Enak diminum saat hangat. Punya rasa gurih manis dari butter dan gula merah yang dipadu padan dengan espresso. Kau tahu? Semua jenis kopi asalnya dari espresso, nama lain dari shot asli tanpa campuran apapun. Benar-benar fresh dari ...