Postingan

Iya Atau Tidak

 Dini hari. Dimana burung hantu pun sepertinya sudah memulai acara hariannya untuk berburu. Sayang, kepakan mereka tak bisa merayap jauh ke dalam gendang telinga milikku. Bukti bahwa mereka juga pemburu yang handal dan profesional, tak kalah dengan si jagoan yang gagah berani, Elang. Bagaimana rasanya bisa terbang bebas ya? Berbeda dengan mereka yang asik menjelajah misteri malam, aku disini suntuk menunggu. Dengan ujung kuku yang hampir beku. Mati rasa karena kaku. Hidungku yang tersumbat sebab baru saja menangis tanpa alasan membuat suaraku jadi sesak untuk keluar. Aku bertanya-tanya apa alasan dibalik jatuhnya air yang membasahi pipiku ini. Tapi aku tak kunjung menemukannya. Kalau ketemu pun sangat konyol rasanya. Ah, tak mungkin hanya karena senang dapat kawan baru. Mana mungkin kan? Sekarang apa? Aku masih menunggu. Setidaknya berikan jawaban atas pertanyaan ringan yang kulontarkan jauh lewat layar sentuh. Apakah aku terlalu memaksa? Tidak-tidak, tidak boleh begitu. Jadilah or...

Jangan

  Plafon putih yang sama lagi. Lampu LED yang sepertinya juga perlu diganti. Berkedip selang sepuluh menit. Pemandangan yang selalu kulihat entah berapa lama. Aku sudah lupa. Atau memutuskan untuk lupa?  Beranjak turun dari kasur yang sama putihnya dengan pencahayaan ruangan ini. Ah, lantainya dingin. Kakiku meraba ke kolong kasur. Berusaha mencari apa yang mereka inginkan. Sandal dalam ruangan. Lagi-lagi warna putih. Aku menghela napas ringan. Kulirik jendela berbingkai tirai putih dua lapis tersebut, ini bukan pagi hari. Di luar sana gelap. Gelap gulita, hanya ada gelap dan gelap yang menghampiri kalau kau kesana. Tidak juga sebenarnya. Ada lampu temaram yang terlihat dari lantai nomor sebelas. Tempatku berada. Tidak hanya satu, tapi banyak. Aku bisa melihat kota dari atas sini. Mobil-mobil yang berjalan, pertokoan yang buka sampai tengah malam. Aku suka saat matahari sudah terbenam. Rasanya lebih tenang dan nyaman. Aku memutar gagang kunci jendela dan mendorongnya pelan. An...

Bagaimana

  Terkadang aku berpikir, hidup itu ya dijalani saja. Tapi kenapa banyak yang mengira itu rumit? Maksudku kalau punya tugas ya dikerjakan. Kalau ingin sukses ya berusaha. Kalau ingin pintar ya belajar. Kalau besok mau makan apa? Aku terdiam. Iya juga, besok mau makan apa? Bagaimana untuk jadi orang kaya? Apakah harus sekali, benar-benar kudu dan wajib garis keturunan orang kaya? Berarti kakek-nenek, buyut-simbah, leluhurmu itu harus kaya? Lah, sejak kapan mereka kaya? Siapa sih orang aneh yang berpikir cara untuk jadi kaya di pukul delapan lebih lima puluh satu menit malam? “Kamu goblok ya? Tidak ada cara instan untuk jadi kaya!”  Faktor pertama untuk jadi kaya raya nan tajir melintir adalah garis keturunan. Tak bisa dipungkiri. Memang benar buyut-buyut mereka tidak langsung kaya, tapi karena anak-anak mereka meneruskan warisan seperti gudeg terkenal dekat rumah itu, bakpia yang katanya enak, yang katanya sudah sejak dulu-dulu sekali.  Tapi, TAPI, tentu saja faktor perta...

Jakarta, malam ini

  Malam ini langitnya cerah, itu artinya tidak ada awan yang bergelantungan di atas sana. Angin malam menerpa halus, dingin. Karenanya aku memakai jaket tebal milikku. Niki bilang ini cocok denganku. Aku jadi senang setiap memakainya. Aku menggenggam tangannya erat. Jangan tinggalkan aku. Aku takut. Lampu jalan yang terang-benderang, lalu lintas padat yang berisik, orang-orang yang berlalu-lalang, gedung-gedung yang menjulang tinggi, Niki... tolong aku.  Dia selalu terkekeh ria setiap aku mengencangkan genggaman tanganku. "Galva, aku tidak akan meninggalkanmu." Aku cemberut–sebenarnya pura-pura kesal saja–agar dia melirik sedikit padaku. Dia tersenyum lebar padaku. Ah, jadinya pipiku terasa hangat. Aku juga tahu kalau itu yang paling dia sukai dariku. Katanya aku menggemaskan dengan wajah merah tomat. Itu berlebihan sebenarnya. Tapi biarlah, terserah dia bilang apa. Yang terpenting aku terlihat imut baginya.  Parfumnya vanilla, rasanya seperti toko coklat atau roti. Aku s...

VEIN [01-nrv]

 “Astaga, Heinry! Jangan berlari!” Dengan tertatih dan menjinjing gaunnya. Berlari di padang rumput yang penuh dengan bunga dandelion. Langit biru cerah terpampang jelas di atas sana. Awan tipis yang tertiup angin sepoi-sepoi mulai bergerak malas dari tempatnya.  “Ahahaha, Nona! tangkap aku kalau bisa!” Sambil tertawa dia tetap berlari. Avery kesusahan untuk menangkapnya. Tak lama kemudian ia terjerembab ke rumput yang masih ditempeli embun pagi. Membuat wajahnya lembab karenanya. Heinry menyadarinya dan membantunya berdiri.  “Maafkan aku Nona, ayo kembali dan minum teh.” Heinry tersenyum.  “Dasar merepotkan, bajuku kotor tau. Kalau bukan disuruh oleh Ibu aku tidak mau mengejarmu. Lagipula untuk apa.” Tukas Avery kesal sembari menepuk-nepuk rok indahnya. “Sekali lagi saya minta maaf. Lagipula kau hanya seorang earl kecil. Mengomel saja sesukamu.” Viscount kecil ini jahil sekali.  “Diam kau viscount sinting, sadarilah tempatmu sekarang,” ujar Avery dengan menatap...

Mungkin

  Pukul setengah dua belas malam. Malam yang ramai di bioskop karena pintu teater 4 baru saja dibuka. Mereka telah berbondong-bondong untuk menonton film horror terbaru yang digarap oleh sutradara senior. Karya-karyanya benar-benar mencengangkan. Menakjubkan, juga memiliki arti-arti terselubung di setiap adegannya. Selain itu dia juga tidak memasukkan banyak jumpscare atau scene yang membuat orang terlonjak kaget karenanya. Dia membuat kesan film tersebut mencekam hebat. Yang membuat penonton seakan-akan dapat memasuki film itu dan merasakan sensasi menegangkan tersebut. Mungkin itulah alasan kenapa banyak orang yang menyukai genre horror/thriller . Seperti dua orang ini, yang sedang berjalan keluar dari bangunan bioskop yang bersiap untuk tutup. Mereka bergandengan tangan, mungkin karena sudah malam. Jadi kekasihnya ingin membuat wanitanya merasa aman. Pria yang bersurai pirang yang panjangnya sampai menyentuh tengkuknya itu tersenyum. Mungkin dia senang dengan dirinya dan kasihn...

Bahagia

Gambar
  Jadi? Apa itu kebahagiaan?  Kapan kita akan tahu jawabannya?  Kenapa kita bisa bahagia? Apa kamu bahagia?  ***    "Menurutku itu rasa senang? Tidak.. itu lebih dari itu. Bahagia adalah perasaan yang rumit untuk dijelaskan." Ujarnya, sesaat sebelum makanan kami datang.     "Oh ya, terimakasih." Aku mengangguk kepada penjual batagor yang datang mengantarkan 2 piring kami.     "Intinya kamu berpikir bahwa bahagia hanya buncahan rasa senang? Apakah itu terjadi sementara atau selamanya?" Ia mengernyit. "Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?" Dia menyendok makanannya ke mulutnya. "Makan dulu saja." Ia mulai mengunyah. Aku sedikit kesal karena tidak mendapatkan jawaban yang jelas. Aku menatap geram bola mata hitamnya yang tertutup surai hitam kecoklatan miliknya. Benar-benar deh. Kupikir dia harus potong rambut segera. Dia bisa mencolok matanya sendiri dengan poni sepanjang itu. Aku sebenarnya tetap menikmati ma...